Pasca pemerintah China menerapkan strategi pelonggaran wilayah, kasus positif Covid 19 di China dilaporkan mengalami lonjakan hingga memicu aksi panic buying di sejumlah wilayah. Per Rabu (14/12/2022) kasus positif Covid 19 di ibukota Beijing mengalami peningkatan sebanyak 2.249 kasus. Jumlah tersebut melesat sekitar 20 persen bila dibanding dengan hari sebelumnya. Sementara selama sepekan terakhir, sejumlah rumah sakit besar di kota Beijing mencatat setidaknya ada 19.000 pasien baru dengan gejala flu.
“Saat ini, jumlah orang yang baru terinfeksi di Beijing meningkat pesat, tetapi kebanyakan dari mereka tidak menunjukkan gejala dan kasus ringan,” kata Sun Chunlan, pejabat tinggi China yang bertanggung jawab menangani Covid di China. Kebijakan pelonggaran seperti membuka sejumlah aktivitas di kawasan fasilitas umum dan mengurangi tes massal yang awalnya dimaksudkan untuk mempermudah fleksibilitas masyarakat, namun hal ini justru memicu timbulnya lonjakan kasus positif. Kondisi tersebut bahkan disebut jadi yang terparah yang pernah dialami China selama tiga tahun terakhir, meningkatnya jumlah pasien Covid lantas memicu aksi panik buying pada jutaan masyarakat China.
Mereka yang panik akan adanya krisis pangan dan obat – obatan langsung menyerbu pusat perbelanjaan dan apotik, untuk menimbun persediaan ditengah lonjakan Covid. Pemerintah kota Beijing mengaku kewalahan memenuhi permintaan obat dan layanan medis akibat aksi panic buying yang melanda masyarakatnya. Meningkatnya permintaan akan pasokan obat COVID 19 bahkan membuat saham perusahaan pembuat produk ibuprofen terbesar di China, Xinhua Pharmaceutical melesat 60 persen dalam lima hari terakhir.
"Lini produksi perusahaan kami beroperasi dengan kapasitas penuh, dan kami bekerja lembur untuk memproduksi obat obatan yang sangat dibutuhkan, seperti tablet ibuprofen, lonjakan permintaan membuat saham perusahaan ikut naik" kata Xinhua Pharmaceutical. Kondisi serupa juga dialami Guizhou Bailing Group Pharmaceuticals yang dikenal sebagai produsen sirup obat batuk, perusahaan yang terdaftar di Shenzhen ini mengaku bahwa sahamnya telah naik 51 persen sepanjang bulan Desember Tak hanya itu imbas dari panic buying, harga buah persik kalengan di negara itu ikut melonjak. Diberitakan dari CNN International, warga meyakini buah persik mampu melawan Covid 19 lantaran buah ini memiliki gizi yang tinggi.
Begitu lakunya bahkan membuat stok buah persik kerap habis, salah satu produsen persik kalengan terbesar di China, Dalian Leasun Food, sampai harus mengklarifikasi isu hoax yang menyebut buah persik sebagai obat penyakit Covid. “Persik kuning kalengan bukanlah obat obatan. Pasokan cukup, jadi tidak perlu panik. Tidak perlu terburu buru untuk membeli.” jelas pengumuman perusahaan. Meski lonjakan Covid membuat sejumlah bisnis melonjak, namun khawatir masalah ini memicu kenaikan korban jiwa membuat dokter terkemuka di Shanghai, Zhang Wenhong memperingatkan pemerintah pusat dan sejumlah rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan danstaf medis, guna mencegah ledakan lebih lanjut.